Beranda | Artikel
Bagaimana Cara Mandi Besar?
Senin, 22 Februari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Bagaimana Cara Mandi Besar? ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 10 Rajab 1442 H / 22 Februari 2021 M.

Download kajian sebelumnya: Sebab-Sebab Yang Dianjurkan Mandi Besar

Kajian Tentang Cara Mandi Besar

Setelah kita tahu hakikat dari ibadah mandi besar ini, kemudian kita tahu apa saja yang menjadikan kita wajib ibadah mandi besar, kemudian apa saja yang menjadikan kita dianjurkan untuk melakukan ibadah mandi besar ini, maka sekarang kita mulai masuk bagaimana cara melakukan ibadah mandi besar.

Niat

Kita diwajibkan menghadirkan niat di dalam hati untuk melakukan ibadah mandi besar sebelum kita melakukan mandi besar. Niat diwajibkan karena ibadah mandi besar itu adalah sebuah ibadah yang tidak bisa diketahui kecuali dengan jalan syariat. Maka niat menjadi kewajiban di dalamnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengikhlaskan amalan agama untukNya.” (QS. Al-Bayyinah[98]: 5)

Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jugaa telah bersabda:

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya semua amalan itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat

Adapun lafadz niatnya, tidak ada satupun hadits atatupun atsar yang menjelaskan bagaimana redaksi niat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau para sahabatnya. Hal ini karena memang niat itu tempatnya di hati.

Hakekat niat adalah kehendak hati. Apa yang diinginkan oleh hati, itulah niat. Dan ketika sudah berpindah ke lisan, maka namanya bukan niat lagi, tatapi ucapan. Maka tidak disyariatkan untuk melafalkan ninat dengan lisan.

Melafalkan niat dengan lisan ini tergolong amalan ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga itu tergolong bid’ah yang seharusnya kita tinggalkan sebagaimana dahulu Nabi dan para sahabatnya meninggalkannya.

Niat cukup dengan menghadirkan keinginan dalam hati untuk melakukan ibadah tertentu. Misalnya niat untuk mandi besar kita hadirkan kehendak di dalam hati kita bahwa kita akan mandi besar/junub dan itu sudah cukup.

Misalnya akan wudhu, maka hadirkan keinginan di dalam hati bahwa kita akan melakukan ibadah wudhu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita akan shalat juga demikian. Kita hadirkan keinginan/kesadaran di dalam hati bahwa kita akan melakukan shalat tertentu.

Kalau kita tidak menghadirkan niat, maka mandi kita tidak menjadi mandi besar, tapi menjadi mandi biasa. Karena ibadah tergantung niatnya, sehingga kalau ada niatnya maka ada ibadahnya, kalau niatnya tidak ada berarti ibadahnya menjadi tidak ada.

Rukun mandi besar

Dalam ibadah ini hanya ada satu rukun (kewajiban yang harus kita lakukan ketika melakukan suatu ibadah dan tidak bisa diganti dengan yang lainnya), yaitu membasahi atau mengguyur semua badan dengan air/menjadikan semua badan terkena guyuran/basuhan air. Sehingga tidak ada keharusan mandi dengan berurutan dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas.

Hal ini disebutkan dalam hadits bunda ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu:

ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ

“Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengguyur semua badannya dengan air.”

Dalam hadits Jubair bin Muth’im Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

ثُمَّ أُفِيضُ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِي

“Kemudian setelah itu aku mengguyurkan air ke semua jasadku.”

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar mengguyurkan air ke semua jasad beliau.

Dari sini kita tahu bahwa memijat bagian-bagian tubuh agar air benar-benar sampai ke bagian tubuh itu bukan merupakan kewajiban. Karena hal tersebut tanpa dilakukan pun bisa menyampaikan air ke bagian-bagian tubuh.

Begitu pula dengan hadits dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya oleh Ummu Salamah:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إنِّي امْرَأَةٌ أَشدُّ ضَفْرَ رَأْسِي، أَفَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟

“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aku adalah seorang wanita yang mengikat rambutku, apakah aku harus membuka ikatan itu ketika mandi jinabah?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَا، إنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ، ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ

“Tidak harus engkau buka, akan tetapi cukup bagimu untuk mengguyurkan air ke kepalamu sebanyak tiga kali guyuran, kemudian setelah itu guyurlah seluruh badan dengan air dan kamu dianggap telah suci dengan itu.” (HR. Bukhari)

Di sini tidak ada ada petunjuk/perintah dari beliau untuk memijat-mijat bagian tubuh agar air benar-benar sampai ke bagian tubuh yang dipijat, tapi yang penting diguyur dan sampai ke bagian anggota badan itu.

Inilah yang diwajibkan di dalam ibadah mandi.

Lalu apa saja yang disunnahkan ketika kita melakukan ibadah mandi besar? Download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49845-bagaimana-cara-mandi-besar/